Advertise
300x250
Here

Ads by Seocips.com

Sabtu, 19 September 2015

Farid Blog: Manusia Purba dan Ciri-cirinya

Farid Blog: Manusia Purba dan Ciri-cirinya: Manusia P urba dan C iri-cirin ya Manusia Purba di Indonesia dan cirinya-cirinya A.     Meganthropus Palaeojavanicus Megant...

Farid Blog: BERBURU MERAMU, MENGENAL API, SISTEM KEPERCAYAAN D...

Farid Blog: BERBURU MERAMU, MENGENAL API, SISTEM KEPERCAYAAN D...: POLA HUNIAN MANUSIA PRA ASKSARA   Masyarakat pra aksara adalah gambaran tentang kehidupan manusia - manusia pada masa lampau, di m...

BERBURU MERAMU, MENGENAL API, SISTEM KEPERCAYAAN DAN POLA HUNIAN MANUSIA PRA-AKSARA



POLA HUNIAN MANUSIA PRA ASKSARA
 
Masyarakat pra aksara adalah gambaran tentang kehidupan manusia- manusia pada masa lampau, di mana mereka belum mengenal tulisan atau istilah lain. Untuk menamakan zaman pra aksara yaitu zaman Nirleka. Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka zaman tidak adanya tulisan. Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Pra aksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir pada tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada tahun 4000  SM, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Kehidupan masyarakat pra aksara dapat di bagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1.Kehidupan nomaden
2.Kehidupan semi nomaden
3.Kehidupan menetap
Meskipun demikian, pola kehidupan masyarakat pra aksara tidak dapat dijadikan dasar pembagian zaman. Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan pembagian zaman, maka masyarakat pra aksara hidup pada zaman batu dan zaman logam
Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita herus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa- bangsa di belaha dunia lain. Tahapan perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara di Indonesia adalah sebagai berikut :
  1. Pola Kehidupan Nomaden
Nomaden artinya berpindah- pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupanmasyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka seperti kelompok hewan, karena bergantung pada apa yang disediakan alam. Apa yang mereka makan adalah bahan makanan apa yang disediakan alam, seperti, buah - buahan, umbi- umbian, atau dedauanan yang mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau menggali dari tanah. Mereka tidak pernah menanam atau mengolah pertanian
Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan masyarakat pra aksara sering disebut sebagai masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu. Jika bahan makanan yang akan di kumpulkan telah habis, mereka akan berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan bahan makanan. Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk menangkap binatang buruannya. Kehidupan semacam itu berlangsung dalam waktu yang lama dan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap.
Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Bahkan, untuk mempermudah hidup dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat- alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana. Ciri- ciri kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai berikut:
*.Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
*.Sangat bergantung pada alam,
*.Belum mengolah bahan makanan,
*.Hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,*.Belum memiliki tempat tinggal yang tetap,
*.Peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.
  1. Pola Kehidupan Semi Nomaden
Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. Kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara- cara mengolah bahan makanan.Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan cirri- ciri sebagai berikut:
*.Mereka masih berpindah- pindah dari satu tempat ke tempat lain;
*.Mereka masih bergantung pada alam;
*.Mereka mulai mengenal cara- cara mengolah bahan makanan;
*.Mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
*.Di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai menanam berbagai jenis tanaman;
*.Sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika musin panen tiba;
*.Peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup masyarakat nomaden;
*.Di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga lebih tajam.

Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara anjing. Pada waktu itu, anjing merupakan binatang yang dapat membantu manusia dalam berburu binatang. Di Sulawesi Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa- sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.


  1. Pola Kehidupan Menetap
Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakatnya. Ternyata, pola kehidupan semi nomaden tidak menguntungkan karena setiap manusia masih harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di samping itu, setiap orang harus membangun tempat tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan demikian, pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah, konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara.
Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:
*.Setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang lebih lama;
*.Setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan hidup dari satu tempat ke tempat lain;
*.Para wanita dan anak- anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan merepotkan;
*.Wanita dan anak- anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain;
*.Mereka dapat menyimpan sisa- sisa makanan dengan lebih baik dan aman;
*.Mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
*.Mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga, sekaligus menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
*.Mereka mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam;
*.Mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.
Dilihat dari aspek geografis, masyarakat praaksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan pada beberapa kenyataan, seperti:
*.Memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan bercocok tanam;
*.Memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia
*.Lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah

Mengenal Api
Dalam sejarah banyak sekali penemuan-penemuan yang sangat membantu bagi kehidupan kita, dan hampir setiap penemuan dalam sejarah bisa merubah kehidupan umat manusia hingga dunia. Salah satunya adalah api. Api sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia walau kadang api ini menimbulkan masalah. Tergantung seperti apa api itu kita gunakan, ada pepatah mengatakan "kecil jadikawan dan besar jadi lawan". Manfaat api memang sudah bisa kita rasakan dalam kehidupan seperti untuk penerangan, memasak, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya. Dan terkadang kita bertanya-tanya bagaimana api mula-mula ditemukan dan siapa penemunya?, Api atau energi panas yang pada awalnya bisa kita dapatkan dengan membenturkan dua buah batu atau dengan mmenggesekan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api yang kemudian bisa kita gunakan pada ranting kering atau daun kering yang kemudian bisa menjadi sebuah api. Pertama kali api dikenal adalah pada zaman Homo Erectus, yaitu sekitar 400.000 tahun yang lalu. Mulai dari situ lah peradaban mulai berubah, para manusia praaksara itu pun baru mengenal api untuk memasak, penerangan dan yang lainnya.

Pembabakan Waktu Pra-sejarah Indonesia, Hasil Kebudayaan, dan Manusia Pendukungnya
Manusia mulai muncul di dunia pada jaman  Quartier. Selain mulai adanya kehidupan manusia, pada jaman Quartier juga terjadi dua kejadian luar biasa yaitu adanya jaman es yang terjadi pada masa glasial dan berpisahnya daratan, karena mencairnya es di kutub pada jaman interglasial.Jaman Quartier dibagi dua, yaitu Pleistosen dan Holosen. Jaman Pleistosen kembali dibagi menjadi tiga, yaitu Pleistosen bawah, tengah, dan atas. Kebudayaan manusia mulai ditemukan pada masa pleistosen tengah, yaitu kebudayaan Paleolitikum. Kebudayaan manusia tersebut terusberkembang hingga jaman Holosen.Supaya lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan pembabakan waktu pra-aksara, hasil kebudayaan, dan manusia pendukungnya secara lebih rinci.

A.    Zaman Batua. Paleolitikum (zaman batu tua)
Zaman ini terjadi sekitar 600.000 tahun yang lalu.Ciri kehidupan masyarakat :
    1. .Alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakansecara kasar, tidak diasah atau dipolis.
    2.  Mata pencahariannya masih berupa berburu, menangkap ikan dan meramu makanan (food gathering).
    3. .Hidup masih secara nomaden(berpindah-pindah).
    4.  Hidup berkelompok-kelompok (3-10 orang)
    5.  Pada zaman ini sudah ditemukannya api.Hasil kebudayaan :
1.Kebudayaan Pacitan (Pleistosen Tengah)
·Choper/ kapak genggam
·Kapak perimbas
2.Kebudayaan Ngandong (Pleistosen Atas)
·Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa (alat penusuk, kapak genggam, pengorek tanah, tombak bergerigi)
·Flakes/ serpih belah (terbuat dari batu-batuChalcedon)
·Lukisan di gua (tapak tangan berwarna merah dan babi hutan)Pendukung kebudayaan :
1.Pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecantropus erectu syang ditemukan di lapisan Trinil Mojokerto, berasal dari jaman Pleistosen tengah.
2.Pendukung kebudayaan Ngandog adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensisyang ditemukan di gua Leang Pattae di daerah Sulawesi Selatan, berasal dari jaman Pleistosen Atas.

B.     Mesolitikum (zaman batu tengah)

Masa ini terjadi pada jaman Holosen. Ciri kehidupan masyarakat :
1.Hidupsemi sedenter(menetap di gua-gua), namun masih melakukan food gathering(mengumpulkan makanan).
2.Alaalat yang digunakan sama dengan zaman Paleolitikum, namun sudah lebih berkembang.
Hasil kebudayaan :
1.Kebudayaan Pebble:
·Kjokkken monddinger(sampah dapur yang berasal dari tumpukan kulit kerang yang sudah menjadi bukit).
·Pebble (kapak genggam Sumatera,Sumateralith)
·Hachecourt (kapak pendek)
2.Kebudayaan Bone
Banyak ditemukannya alat-alat kebudayaan dari tulang.
3.KebudayaanFlakes
·Abris Sous Roche(gua tempat tinggal)
·Kebudayaan Toala, berupa Flakes dan Pebble
·Flakes dan ujung panah dari batu Chalcedon
Pendukung kebudayaan :Manusia pendukung kebudayaan pada masa Mesolithikum adalah ras Papua-Melanosoid yang ditemukan di pantai timur Sumatera, Sulawesi Selatan, Pulau Timor dan Pulau Rote.

C.     Neolithikum (zaman batu muda)

Ciri kehidupan masyarakat :
1.Terjadi revolusi besar dari food gathering menjadi food producing (bercocok tanam).
2.Sedenter (hidup mulai menetap di gua-gua).
3.Alat-alat batu buatan manusia mulai diasah sehingga halus dan indah.
Hasil kebudayaan :
1.Kapak persegi (banyak ditemukakan di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan
2.Kapak batu (banyak ditemukan di Minahasa)
3.Alat-alat perhiasan (banyak ditemukan di Jawa)
4.Tembikar dan pakaian tenun.
Manusia pendukung :Manusia pendukung pada zaman ini adalah Austronesia(Austria), dan Austro-Asia(Khmer-Indocina).
D.    Megalithikum
Ciri kehidupan masyarakat :
1.Dapat membuat kebudayaan dari batu-batu besar.
2.Mulai mengenal sistem kepercayaan (animisme).
3.Berkembang sejak Neolithikum sampai zaman perunggu.
Hasil kebudayaan :
1.Menhir (tugu batu untuk pemujaan)
2.Dolmen (batu besar tempat persembahan)
3.Sarkofagus (peti mati)
4.Waruga (kubur berbentuk kubus persegi atau bulat)
5.Punden berundak
E.     Zaman Logam
Pada zaman logam manusia sudah mulai membuat alat-alat kebudayaan dari logam. Manusia sudah mulai mengenal teknik melebur logam dan mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik yang digunakan ada dua yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat atau lilin yang disebut acire perdue.
Zaman logam dibagi tiga yaitu, zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.

a.       Zaman Tembaga
Zaman ini kurang berkembang di Indonesia, namun ada beberapa alat kebudayaannya ditemukan di Indonesia. Alat-alat tersebut diyakini berasal dari Semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand, dan Vietnam.
b.      Zaman Perunggu
Ciri kehidupan masyarakat :
1.Pemakaian peralatan logam yang dikembangkan melalui teknikbivalve(rangkap) dana cire perdue(cetak lilin).
2.Telah terbentuk perkampungan yang teratur dipimpin oleh kepala suku atau adat.
3.Tinggal di dalam rumah bertiang besar yang bagian bawahnya dijadikan tempat beternak dan bertani.
4.Telah terdapat pembagian kerja berdasarkan keahlian.
5.Telah menguasai ilmu astronomi.
Hasil kebudayaan :
1.Kapak perunggu
2.Nekara perunggu
3.Bejana perunggu
4.Kapak corong (kapak sepatu)
c. Zaman Besi
Ciri kehidupan masyarakat :
Telah dapat meleburkan besi untuk dituangkan menjadi alat-alat yang dibutuhkan. Hasil kebudayaan :
1.Mata kapak
2.Mata sabit
3.Mata pisau
4.Mata pedang
5.Cangkul, dll.

Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Prasejarah atau awal Masyarakat Indonesia
  1. Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, selalu hidup berpindah-pindah untuk mencari tempat tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam perkembangannya, mereka mulai berdiam lama/tinggal pada suatu tempat, biasanya pada goa-goa, baik ditepi pantai maupun pada daerah pedalaman. Pada goa-goa itu ditemukan sisa-sisa budaya mereka, berupa alat-alat kehidupan. Kadang-kadang juga ditemukan tulang belulang manusia yang telah dikuburkan di dalam goa-goa tersebut. Dan hasil penemuan itu dapat diketahui bahwa pada masa itu orang sudah mempunyai pandangan tertentu mengenai kematian. Orang sudah mengenal penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal.
Orang mulai memiliki suatu pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang itu meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi oleh orang yang masih hidup di dunia ini dan begitu pula sebaliknya. Bahkan apabila orang yang meninggal tersebut merupakan orang yang berpengaruh maka diusahakan agar selalu ada hubungan untuk dimintai nasehat atau perlindungan, bila ada kesulitan dalam kehidupan di dunia. Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman ke zaman dan secara umum dilakukan oleh setiap masyarakat di dunia.
Orang mulai berpikir bahwa orang yang meninggal berbeda dengan orang yang masih hidup.Pada orang yang meninggal ada sesuatu yang pergi, sesuatu itulah yang kemudian disebut dengan roh. Penguburan kerangka manusia di dalam goa-goa merupakan wujud penghormatan kepada orang yang meninggal, penghormatan kepada orang yang telah pergi atau penghormatan kepada roh.
Berdasarkan hasil peninggalan budaya sejak masa bercocok tanam berupa bangunan-bangunan megalitikum dengan fungsinya sebagai tempat-tempat pemujaan atau penghormatan kepada roh nenek moyang, maka diketahui bahwa masyarakat pada masa itu sudah menghormati orang yang sudah meninggal. Di samping itu, ditemukan pula bekal kubur. Pemberian bekal kubur itu dimaksudkan sebagai bekal untuk menuju ke alam lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha, masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek-moyang.
  1. Kepercayaan Bersifat Animisme
Setelah kepercayaan masyarakat terhadap roh nenek moyang berkembang, kemudian muncul kepercayaan yang bersifatanimisme.Animisme merupakansuatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.
Awal munculnya kepercayaan yang bersifat animisme ini didasari oleh berbagai pengalaman dan masyarakat yang bersangkutan. Misalnya, pada daerah di sekitar tempat tinggalnya terdapat sebuah batu besar. Masyarakatyang melewati batu besar itu baik siang maupun malam mendengar keganjilan-keganjilan seperti suara minta tolong, memanggil-manggil namanya, dan lain sebagainya. Tetapi begitu dilihat, mereka tidak menemukan adanya orang yang dimaksudkan. Peristiwa ini kemudian terus berkembang, hingga masyarakat menjadi percaya bahwa batu yang dimaksudkan itu mempunyai roh atau jiwa.
Di samping itu, muncul suatu kepercayaan di tengah-tengah masyarakat terhadap benda-benda pusaka yang dipandang memiliki roh atau jiwa. Misalnya sebilah keris, tombak atau benda-benda pusaka lainnya. Masyarakat banyak yang percaya bahwa sebilah keris pusaka memiliki roh atau jiwa, sehingga benda-benda seperti itu dianggap dapat memberi petunjuk tentang berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat.
Kepercayaanseperti ini masih terus berkembang dalam kehidupan masyarakat hingga sekarang ini. Bahkan bukan hanya pada daerah-daerah pedesaan, melainkan juga berkembang dan dipercaya oleh masyarakat diberbagai kota.
Selain benda-benda tersebut di atas, terdapat banyak hal yang dipercaya oleh masyarakat yang dipandang memiliki roh atau jiwa, antara lain bangunan gedung tua, bangunan candi, pohon besar dan lain sebagainya.
  1. Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Kepercayaan dinamisme mengalami perkembangan yang tidak jauh berbeda dengan kepercayaan animisme. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap banda memiliki kekuatan gaib. Sejak berkembangnya kepercayaan terhadap roh nenek moyang pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam, maka berkembang pula kepercayaan yang bersifat dinamisme. Perkembangan kepercayaan dinamisme ini, juga didasari oleh suatu pengalaman dan masyarakat bersangkutan. Pengalaman-pengalaman itu terus berkembang secara turun temurun dan generasi ke generasi hingga sekarang mi. Misalnya, sebuah batu cincin dipandang mempunyai kekuatan untuk melemahkan lawan. Sehingga apabila batu cincin itu dipakai, maka lawan-lawannya tidak akan sanggup menghadapinya.

Selain itu terdapat pula benda pusaka seperti keris atau tombak yang dipandang memiliki kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan, apabila keris itu ditancapkan dengan ujungnya menghadap ke atas akan dapat menurunkan hujan. Kepercayaan seperti ini mengalami perkembangan, dan bahkan hingga sekarang ini masih tetap dipercaya oleh sebagian masyarakat.
  1. Kepercayaan Bersifat Monoisme
Kepercayaan monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dan masyarakat. Melalui pengalaman itu, pola pikir manusia berkembang. Manusia mulai berpikir terhadap apa-apa yang dialaminya, kemudian mempertanyakan siapakah yang menghidupkan dan mematikan manusia???.., siapakah yang menghidupkan tumbuh-tumbuhan??.., siapakah yang menciptakan binatang-binatang??.., bulan dan matahari??.. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini terus dipikirkan oleh manusia, sehingga muncul suatu kesimpulan bahwa, di luar dirinya ada suatu kekuatan yang maha besar dan yang tidak tertandingi oleh kekuatan manusia. Kekuatan itu adalah kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.